G.I.G.I

Gigi. 😀 (nyengir dulu deh)

Sebelumnya, saya mau bilang “Assalamualaykum wr wb, blogku.” Rasanya sudah sangat lama tidak menulis blog sebagaimana sudah sangat lama tidak menulis catatan harian. #terdiam sejenak.
 Ya, ada banyak perubahan dalam beberapa penggalan hidup saya beberapa bulan belakangan (mendekati setahun sepertinya). Termasuk juga dengan gaya menulis. Namun bukan berarti tidak konsisten, Insya Allah EYD masih dipertahankan, hanya saja gaya bahasanya sedikit atau bisa dibilang sangat informal. Mungkin para pembaca blog akan menemukan tulisan yang berbeda dari biasanya : tulisan yang santai.

Jadi ceritanya, kemarin saya ke FKG UNBRAH (Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah). Lagi ada Bulan Gigi Nasional yang mana di dalamnya ada “Pemeriksaan Gigi Gratis.” Ahaa, berbinar-binar dengan kata gratis. Bapak yang mengingatkan bahwa beliau mendengar radio yang memberitakan ada kegiatan Bulan Gigi Nasional di beberapa kota, salah satunya Kota Padang yang bertempat di FKG UNBRAH. Bapak yang miris melihat kondisi gigi saya dan juga miris karena saya selalu saja beralasan nggak ada waktu ke puskesmas untuk perawatan gigi, mengajak saya ikut ke kegiatan. Ya sudah saya ikut dengan catatan, saya nemenin Bapak bukan ditemeni Bapak.

Dan ini adalah mengunjungi DOKTER GIGI yang keDUA selama hidup saya. (Aduuh, parah banget deh saya. Jangan ditiru!) Dan oleh sebab itu berdasarkan catatan sang dokter gigi ko-ass yang memeriksa gigi saya, ada teeeeet (sensor) gigi yang harus dicabut, teeeeet (sensor juga) gigi yang harus ditambal, dan sebaiknya pakai BEHEL. Ya Rabbi, BEHEL? (dalam hati ngakak, akhirnya pakai behel juga, jadi ingat saya pernah ngasi saran ke anak-anak HIMA agar bikin KLUB BEHEL PSIKM saat melihat hampir tiap hari ada aja mahasiswa yang nambah magarin giginya, termasuk juga para dosen. Hehe.)


Nah, berhubung ini gratisan, maka yang mendapat perawatan hanyalah 1 gigi saja. 😀
Terjadilah diskusi panjang antara sang dokter co-ass dengan sang asdos co-ass (ternyata asdos koasnya tetangga saya, rumahnya depan-depanan,  saya tahu tu kakak kuliah di FKG, masalahnya adalah kenapa saya nggak pernah nanyain soal gigi ke kakak ituh. Yah, keduanya diskusi panjang untuk memilih gigi manakah yang harus diberi tindakan. Parah banget deh, saking banyaknya kondisi gigi yang parah mereka pakai acara diskusi dulu mana yang bakal jadi “juara” terparah untuk diberi tindakan.

Sang drg koas : mau dicabut nggak dek?
Saya : Nggak (dengan sangat mantap, hadeeeh gag mau dicabut)

Maka dipilihlah 1 gigi untuk ditambal. Pengeboran pun berlangsung sekitar 30 menitan. Lumayan capek mulutnya. Nggak hanya capek karena mesti mangap gitu tapi juga karena jari jemari sang dokter koas yang notabene masih belajar sedikit “kurang main cantik” ke gigi dan mulut saya. Saya meringis.

“Sakit dek?,” tanya sang kakak.
Saya cuma bisa mengangguk.
“Tahan yaa,” sambungnya.

Saya akhirnya menunjuk-nunjuk tangan ke mulut. Sang drg koas heran dan memberi kesempatan saya bicara.

“Bukan karena tambalannya kak. Tapi jarinya kakak neken bibir saya. Sakiit,” sampai mengeluarkan air mata saya ke kakaknya. Serius deh.

Sang kakak langsung minta maaf, ganti posisi duduknya, dan yang pasti ganti gaya tangannya agar tidak lagi menyakit saya. #aseek. Ada-ada saja memang yang terjadi selama tindakan : bor yang kepeleset sampai lidah juga tambalan yang terlalu tinggi, dan lain-lain. Yah, maklum deh gratis dan juga memaklumi sang kakak yang belajar yang masih suka konsul sana-sini sambil memberi tindakan.

Proses tambalan berjalan dengan sangat lama (menurut saya) sampai-sampai saya ketiduran di dental chair. ;D (kecapekan bu, insomnianya masih berjalan lancar dan tertib semalam :D). Begitu selesai tambalan, sang kakak drg koas minta nomer HP saya dan kita change2an nomer HP dan bikin jadwal untuk bertemu lagi plus perawatan lagi di luar kegiatan artinya BAYAR.

Saya : nanti biayanya berapa kak?
Drg co-ass : Kalau perawatan bisa digratiskan. Tapi kalau mau cabut dan pakai behel nanti kita bicarakan lagi.
Saya : (angguk-angguk tanda mengerti)

Nah ternyata, di dunia kedokteran gigi, kelulusan seseorang sangat ditentukan dari berapa pasien yang sudah ditanganinya. Tantangan mereka adalah mencari pasien. Jadi win-win gitu, drg koasnya dapat pengalaman (dan pastinya nilai), pasiennya bisa dapat perawatan dengan harga nego (nggak jarang gratis tergantung kesepakatan dan kedekatan hati keduanya, hehe).

So, tips juga nih buat teman-teman.
1. Jangan tiru saya! Saya ini bandel sukanya eskrim dan coklat sampai sekarang tapi gosok giginya standar banget 2 kali sehari saja. (Padahal banyak iklan di tipi yang ngasi petunjuk kapan waktu2 gosok gigi yang baik dan benar)
2. Jangan tiru saya!! Saya juga paling males ke dokter. Nggak hanya ke dokter gigi sebenarnya, ke dokter manapun saya malas. Alasannya waktu. (Sok sibuk banget yah saya!) Ini mumpung ada momen aja nih ditambah dengan Bapak yang saya nggak enak nolaknya. (Saya sayang Bapak dan senang sekali jika beliau mengajak ke sana kemari. Sejak kecil sering diajakin Bapak kemana-mana sampai Bapak mau pangkas rambut pun minta ditemeni saya. Hahay.)
3. Jangan tiru saya!!! Saya bego banget yah nggak manfaatin peluang tetangga yang ternyata udah jadi dokter gigi. Perasaan baru kemarin sang kakak pindahan ke rumah di depan rumah saya untuk jadi seorang mahasiswa FKG. Hoho. Sekarang udah jadi dokter gigi ajah. Jadi kemana aja saya selama ini? Hadeeh. Jawabannya simpel saja, saya nya yang jarang di rumah dan kalau udah di rumah ya di dalam rumah aja, nggak main-main keluar, ke warung depan pun malas.
Semoga tips Jangan Tiru Saya ini menjadi berkah bagi kita semua. Aamiin.

Akhir cerita, malam ini saya buka lagi buku “ga-gi-gu GiGi” yang ditulis oleh Lia Indra Andriana, salah seorang anak FKG di negeri ini, buka acak dan baca salah satu Babnya. Wkwkwkwk, ngakak luar biasa, lucu sekali. Ternyata meski udah pernah dibaca, buku ini masih bisa bikin kita untuk tertawa kembali. Yaah, lumayan lah, Alhamdulillah mulutnya masih bisa ngakak, meskipun hati ini masih belum. Jangankan ngakak, senyum aja belum bisa. Oow!

One thought on “G.I.G.I

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.