Ucapan “Innalillahi”, Pengantar Ucapan Selamat kepada Pemimpin Terpilih

:

:Inalillahi wa ina ilaihi roji’un,..Selamat kepada saudari NILNA R. ISNA yang telah terpilih menjadi SEKJEN ISMKMI periode 2011-2013 melalui MUSYAWARAH MUFAKAT::

Pernyataan ini saya terima dari seorang teman yang menuliskannya di status Facebooknya. Saya kemudian lanjut pada ucapan-ucapan selamat yang muncul sesaat setelah saya terpilih sebagai SEKJEND ISMKMI periode 2011-2013, baik di wall FB, di status teman-teman, dalam postingan grup, maupun melalui sms. Hingga kemudian kembali saya menemukan kata-kata ucapan selamat yang ditulis seorang teman pada wall FB saya.

“Barakallah wa innalillahi wa innailaihi raji’un….Semoga amanah baru menjadi peringan menuju Syurga…”

Jika boleh membuat award untuk “ucapan selamat terbaik”, maka pilihan saya jatuh pada dua untaian kalimat di atas.
Pada awalnya, saya memang kaget. Kenapa justru ungkapan “Innalillahi wa inna ilaihi rojiun” yang saya terima? Tetapi tanpa berpikir macam-macam, tanpa berburuk sangka, saya pahami bahwa ini adalah untaian kalimat terhormat yang saya terima. Bahwa saya telah diingatkan pada “hakikat kepemimpinan”.

Pada sebuah sumber ditemukan hakikat kepemimpinan yang mesti dipahami baik oleh para pemimpin maupun orang-orang yang dipimpin, yaitu sebagai berikut :

1. Tangung Jawab, Bukan Keistimewaan.


Ketika seseorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu lembaga atau institusi, maka ia sebenarnya mengemban tanggung jawab yang besar sebagai seorang pemimpin yang harus mampu mempertanggung jawabkannya,.

Bukan hanya dihadapan manusia tapi juga dihadapan Allah. Oleh karena itu, jabatan dalam semua level atau tingkatan bukanlah suatu  keistimewaan sehingga seorang pemimpin atau pejabat tidak boleh merasa menjadi manusia yang istimewa sehingga ia merasa harus diistimewakan dan ia sangat marah bila orang lain tidak mengistimewakan dirinya.

2. Pengorbanan, Bukan Fasilitas


Menjadi pemimpin atau pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan, tapi justru ia harus mau berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi  ketika masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan sangat sulit.

3. Kerja Keras, Bukan Santai.


Para pemimpin mendapat tanggung jawab yang besar untuk menghadapi dan mengatasi berbagai persoalan yang menghantui masyarakat yang dipimpinnya untuk selanjutnya mengarahkan kehidupan masyarakat untuk bisa menjalani kehidupan yang baik dan benar serta mencapai kemajuan dankesejahteraan. Untuk itu, para pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh kesungguhan dan optimisme.

4. Melayani, Bukan Sewenang-Wenang.


Pemimpin adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi pemimpin atau pejabat berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin sebelumnya.

Oleh karena itu, setiap pemimpin harus memiliki visi dan misi pelayanan terhadap orang-orang yang dipimpinnya guna meningkatkan kesejahteraan  hidup, ini berarti tidak ada keinginan sedikitpun untuk membohongin rakyatnya apalagi menjual rakyat, berbicara atas nama rakyat atau  kepentingan rakyat padahal sebenarnya untuk kepentingan diri, keluarga  atau golongannya.

5. Keteladanan dan Kepeloporan, Bukan Pengekor.


Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi teladan dan pelopor, bukan malah menjadi pengekor yang tidak memiliki sikap terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Ketika seorang pemimpin menyerukan kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia telah menunjukkan kejujuran itu. Ketika ia menyerukan hidup sederhana dalam soal materi, maka ia tunjukkan kesederhanaan bukan malah kemewahan. Masyarakat sangat menuntut adanya pemimpin yang bisa menjadi pelopor  dan teladan dalam kebaikan dan kebenaran.

Tanggungjawab, pengorbanan, kerja keras, melayani, serta keteladanan dan kepeloporan yang merupakan amanah bagi seorang pemimpin.

Namun apabila amanah tersebut lebih dipandang sebagai sebuah keistimewaan, fasilitas, kesantaian, kesewenangan, dan mengindahkan keteladanan, maka ia dapat menjadi musibah.

Jabatan, apalagi jabatan tertinggi dalam suatu kelompok, adalah amanah yang diberikan. Ia akan menjadi musibah bila kita tidak menjalankannya dengan benar dan ia bisa menjadi anugrah apabila kita telah “preventif” dengan memaknai hakikat kepemimpinan secara mendalam.

Dalam sebuah blog, saya menemukan kutipan berikut :
“ Seandainya mau jujur, seharusnya para pejabat yang baru dilantik itu serempak mengucapkan Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun, tanda menerima musibah. Karena jabatan itu adalah amanah sekaligus ujian atau musibah. Bukan pemberian yang harus dirayakan dengan euforia tawa bahagia. Selain itu, rekan kerja, sahabat, keluarga, dan sejumlah instansi terkait yang memborong space halaman iklan ucapan selamat di sejumlah media massa, mestinya menyematkan ucapan Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun juga, meski mungkin akan dianggap konyol.”

Sepakat dengan ini. Hanya saja Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun bukan ungkapan yang utama tetapi mesti diletakkan pada tempat yang pertama. Karena kalimat yang utama adalah “Selamat dan sukses kepada saudara yang terpilih mengemban amanah dan semoga dapat menjalankannya dengan sebaik-baiknya.”

Di Nigeria, ungkapan Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun yang ditujukan kepada pemimpin yang baru terpilih, sudah menjadi hal yang biasa. Ini diawali ketika . Pejabat Presiden Nigeria Jonathan dalam pidato kenegaraannya menyatakan “Jabatan adalah musibah, dan hanya ucapan innalillahi wa innailaihiroji’un yang pantas mengiringinya.”

Semoga tulisan ini dapat menjadi manfaat dan pemahaman baru bagi saya yang menulis dan bagi yang membacanya.

Hanya akal – akal raksasa yang tercerahkan wahyu yang siap untuk menerima proyek besar peradabantitipan ALLAH SWT.

Sungguh, sangat terhormat posisi seorang pemimpin yang menjalankan kepemimpinannya dengan amanah, melaksanakan kepercayaan rakyatnya, dan menetapkan hukum sesuai prinsip keadilan. Allah swt akan menyediakan baginya di akhirat kelak mimbar kehormatan yang terbuat dari cahaya, berada di sebelah kanan Ar-Rahman.


(Nilna R. Isna, 5 April 2011)

7 thoughts on “Ucapan “Innalillahi”, Pengantar Ucapan Selamat kepada Pemimpin Terpilih

  1. Super Sekali… terimakasih atas, ilmunya ini akan menjadi ilmu pengetahuan buat saya pribadi khususnya dan orang lain pada umumnya,

  2. Setuju sepakat emg benar ada nya..tanpa disadari oleh kita manusia bahwasanya Jabatan itu adalah Musibah tapi juga rezeki yg patut disyukuri 😇 subhanallah.
    Pandai2 lah jika kita manusia dpt ujian-ujian ini.karna di akhirat yg dihisap dulu adalah pemimpin tanggung jawab ny dlm ia menjabat.. Subhanallah,🙏maaf lahir batin😇

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.